Tradisikuliner.com – Di antara banyaknya kue tradisional Jawa yang masih bertahan sampai hari ini, nama Wingko Babat menjadi salah satu yang paling sering dijadikan oleh-oleh khas. Kue satu ini berasal dari daerah Babat, Lamongan, Jawa Timur, namun populer dan meluas hingga Semarang, Surabaya, dan berbagai kota besar lainnya. Permukaannya kecokelatan, aromanya harum dari kelapa, dan rasanya legit-manis dengan tekstur yang unik.
Sejarah Wingko Babat dan Jejak di Jalur Pantura
Sebelum internet ada, sebelum konten kuliner viral di TikTok, Wingko Babat sudah lebih dulu menjadi ikon oleh-oleh legendaris bagi pelancong yang melewati jalur Pantura. Di Babat, sudah ada pabrik wingko sejak era kolonial. Banyak keluarga peranakan Jawa dan Tionghoa yang mengembangkan produksi wingko skala rumahan lalu memasarkan di pasar tradisional dan stasiun kereta.
Nama “Wingko” sendiri berasal dari bahasa Jawa “wiwitan kelapa”, yang merujuk pada bahan utamanya yaitu kelapa muda parut. Sementara kata “Babat” adalah nama daerah asalnya. Kombinasi nama inilah yang membuat brand daerah melekat kuat, sama seperti “Bandeng Presto Semarang” atau “Bakpia Pathok Jogja”.
Menjadi bagian jalur dagang Pantura membuat wingko ikut mengembara dan menyebar. Banyak pedagang membawa wingko ke Semarang untuk dijual kembali. Hingga akhirnya banyak orang mengira wingko berasal dari Semarang, padahal akar sejarahnya berada di Babat.
Bahan Sederhana dengan Filosofi Rasa
Keunikan Wingko Babat ada pada bahan dasar yang terbilang sederhana:
kelapa parut (lebih banyak memakai kelapa muda setengah tua) tepung ketan gula pasir atau gula jawa sedikit garam
Namun yang menjadikannya spesial adalah pengolahan bahan. Kelapa diparut kasar agar seratnya terasa, dan adonan dibuat tidak terlalu encer supaya teksturnya tetap padat.
Wingko biasanya dibentuk pipih, lalu dipanggang di atas wajan datar atau oven dengan api kecil hingga permukaan memunculkan warna kecokelatan. Aroma khas kelapa panggang ini yang membuat siapa pun langsung mengenalinya dari kejauhan.
Wingko di Era Modern: Hadir dengan Banyak Varian
Meski wingko adalah jajanan tradisional lama, bukan berarti ia terjebak nostalgia tanpa inovasi. Sekarang banyak produsen wingko melakukan modifikasi rasa untuk menarik pasar anak muda, seperti:
rasa durian rasa cokelat rasa keju rasa pandan rasa nangka rasa vanilla butter
Namun varian klasik tetap tidak terkalahkan. Banyak pecinta kuliner justru lebih memilih versi original karena sensasi kelapa bakarnya terasa jauh lebih kuat.
Makna Wingko Sebagai Ikon Kuliner Lawas
Wingko Babat bukan hanya sekedar camilan manis. Ia adalah simbol dari masa ketika bahan lokal diolah dengan cara telaten, tanpa lisensi pabrik besar, tanpa bahan pengawet berat, semuanya dibuat dengan sentuhan tangan.
Dalam budaya Jawa, kelapa bukan hanya bahan makanan, tapi simbol kehidupan. Ada ungkapan “urip sak kaya dhadhane klopo” hidup harus berguna dan bisa memberi manfaat, seperti pohon kelapa yang semua bagiannya bisa dimanfaatkan dari akar sampai pucuk.
Penutup: Wingko Babat Layak Disebut Warisan Rasa Indonesia
Kuliner tradisional seperti Wingko Babat adalah bukti bahwa cita rasa Nusantara tidak butuh bahan mahal untuk menciptakan kesempurnaan. Hanya dengan kelapa, tepung ketan, dan gula, masyarakat Jawa mampu menciptakan ikon kuliner yang terus bertahan dari generasi ke generasi.
Hari ini, ketika makanan kekinian silih berganti viral lalu hilang, Wingko Babat tetap berdiri tegak sebagai salah satu kue tradisional paling konsisten dalam sejarah kuliner Indonesia.
Navigasi pos